Book Review: P.S. I Like You by Kasie West


Yah, resensi buku yang telat lagi. Thats what i always do, smh. Bukunya udah dari zaman kapan. Ah, ini ngga lama-lama banget kan? *nyengir kuda*

Jadi ceritanya pas waktu beli buku Hector, gue sempet ngelirik ini juga dan pas baca sinopsisnya gue jadi bingung mau beli yang mana. Mana waktu itu gue ga bisa beli dua karena low budget sangat (pathetically smiling thru da pain). Tapi walau gue penasaran akhirnya gue beli yang Hector, karena walaupun kayaknya ini menarik gue udah pernah baca yang beginian banyak. Jadi gue pikir gue bisa beli ini lain waktu aja.

Dan akhirnya jadi deh! Pas ada opportunity seminggu kemudian untuk ke toko buku lagi, gue nemu ini yeeaaayyy.

Identitas buku:
Judul: P.S. I Like You
Penulis: Kasie West
Penerbit: Penerbit Spring
Tahun Terbit: November 2016
Jumlah Halaman: 368
ISBN: 978-602-74322-6-0

Sinopsis
Saat sedang melamun di kelas kimia, Lily menuliskan sebaris lirik lagu favoritnya di meja. Hari berikutnya, dia menemukan seseorang telah melanjutkan lirik itu dan bahkan menulis pesan untuknya!
Tak lama, Lily dan sahabat pena misteriusnya itu mulai berbagi surat dan rahasia, saling memperkenalkan band favorit mereka, dan saling terbuka satu sama lain. Bahkan, Lily merasa mulai menyukai orang yang menulis surat-surat itu. Hanya saja, siapa dia?
Lily mencoba mencari tahu siapa teman misteriusnya, tapi siapkah dia mengetahui kebenarannya?

Summary
Lily adalah tipikal cewek santai, dan dengan gaya hipsternya nggak gampang give a single damn. Ia menikmati hidupnya bersama keluarga yang dia anggap aneh—orangtuanya yang suka bersaing dalam hal-hal sepele such as: siapa yang bikin pai labu paling enak atau siapa yang bikin kalung paling bagus, kakaknya—Ashley, dan kedua adiknya—Wyatt dan Jonah. Dan tentu saja Isabel, sahabatnya.

Lily itu peduli banget sama Isabel. Terutama mengenai urusan cowok. Mantan terakhir Isabel namanya Cade Jennings—Isabel putus sama dia karena Lily dan Cade itu selalu bertengkar. Lily merasa Cade nggak pedulian sama Isabel, dan Cade merasa Lily terlalu mengatur Isabel, juga hubungan mereka berdua. Dengan alasan bahwa dia nggak mau memilih antara sahabat dan pacar—yang awalnya nggak mau diakui Isabel—akhirnya mereka putus. Sekarang Isabel udah punya pacar lagi, Gabriel. Dan Lily fine-fine aja sama cowok ini.

Jadi Lily itu orangnya kurang suka sama pelajaran kimia.

“Maafkan saya, Mr.Ortega. Saya dan kimia tidak saling memahami.” –Lily Abbott (hlm.6)

Nah makanya dia gabut gitu deh nyoret-nyoret meja buat ngilangin kebosanannya di pelajaran tersebut.

Hari berikutnya, Lily mendapati ada yang melanjutkan lirik lagu yang dia tulis di meja. Seneng karena tau kalo ternyata ada yang punya selera musik kayak dia, Lily menulis pendapatnya tentang Band yang menyanyikan lagu itu di bawah tulisan liriknya. Keesokan harinya di pelajaran kimia lagi, orang yang kemarin melanjutkan lirik lagu Lily menanggapi pendapat Lily tentang band yang bernama Blackout itu. Dari situlah mereka mulai balas-balasan surat (karena mejanya udah gamuat buat nulis lagi, hahaha).

Jadilah mereka saling curhat tentang banyak hal. Saling berbagi lagu kesukaan mereka, betapa mereka benci pelajaran kimia, sampai hal sensitif kayak keluarga.

Lily memang sempat penasaran sama sahabat penanya itu, bahkan sampai mikir mau ketemuan tapi di lain sisi dia juga khawatir kalau orang itu ngeliat dia secara langsung, pendapatnya tentang Lily bakal berubah. Lily takut orang itu nggak mau temenan sama Lily karena mungkin aja Lily nggak sesuai sama ekspetasinya. Lagipula sahabat penanya juga keliatan nggak terlalu penasaran jadi mereka terus aja kirim-kiriman surat (yang diselipin di kolong meja) tanpa tahu nama masing-masing.

Lily sampai bikin daftar mengenai orang-orang yang kemungkinan jadi sahabat penanya di kelas kimia. David—orang yang dijodohin Isabel buat Lily, karena cowok itu gak suka pelajaran kimia juga dan dia memiliki jadwal jam yang berbeda dari Lily, jadi mungkin aja. Lucas—cowok yang ditaksir Lily. Walau dalam buku ini dibilang Lucas gak mungkin dapat mata pelajaran kimia karena dia udah senior, tapi waktu itu Lucas bilang dia terpaksa ngambil mata pelajaran itu lagi untuk memperbaiki nilai. Dan Lily udah berharap tinggi aja, padahal mungkin dia cuma terlalu berharap itu Lucas sampai-sampai dia membuat dirinya sendiri percaya. Ada juga beberapa orang lain yang Lily rasa adalah sahabat penanya—karena mereka membicarakan topik yang kadang dibicarakan di surat-surat itu.

Sampe akhirnya Lily ternyata tahu siapa yang menjadi sapennya selama ini, and it was totally unexpected by Lily.

Review
Sukaaaa sekali sama buku ini. i finished it in less than 24 hours, I finished it in the same day when i bought it! Seperti sebuah kebanggaan tersendiri, gitu. #plak.

Banyak yang menyamakan buku ini dengan To All The Boys I’ve Loved Before-nya Jenny Han. Haduuu, aku tak tahu, tho! Karena belum baca. Tapi mungkin akan gue baca kalo mereka-mereka bilang ceritanya sebagus ini.

Sebenernya gue dari awal udah waspada aja, sih, kalo Lily berharap yang mengirimi dia surat itu si Lucas, kayaknya ketinggian, deh. Karena, itu yang dilakukan buku-buku dan film-film, pemeran utama cenderung nggak selalu ended up dengan—cowok paling ganteng di sekolah—yang dia suka. Mereka whether berakhir sama cowok yang suka sama mereka duluan, atau malah sahabat cowoknya. Tapi itu kebanyakan loh yaaaa... I’m not an expert at this, so....

Sempat agak kesel juga sama Isabel, sih. Abis ternyata dia udah tahu dari lama siapa yang jadi sahabat pena Lily selama ini tapi dia nggak mau ngasih tau. Yah, walau maksud dia baik. Tapi gue masih sangsi sebenernya maksud dia baik atau dia cuma jealous. Tapi setelah semuanya, Isabel apparently keep being the best friend she is.

Walau Cade Jennings adalah musuh bebuyutan Lily, gue rasa dia karakter favorit gue di sini. Karena sumpah, dia itu cute woy—kalau dideskripsiin dari sudut pandang Lily, sih (meskipun ni cewek benci setengah mati sama dia). Cade adalah tipe cowok-cowok populer SMA yang dikelilingi temen-temen atlitnya dan dideketin cewek cantik. Sebenernya menurut gue Cade itu baik. Tapi Lily-nya aja yang selalu salah mengartikan maksud baik Cade.

Misalnya kayak panggilan ‘Magnet’ yang Cade ciptain untuk Lily—sampe seantero sekolah manggil dia kayak begitu juga. Lily kesal banget sama Cade, dia mengira itu menjadi ejekan abadi satu sekolah sama dia. Padahal maksud Cade baik. Waktu pelajaran olahraga, bola terus-terusan mengenai Lily, biar dia nggak jadi bahan bercandaan, maka Cade bilang sesuatu seperti, “Kayaknya Lily punya magnet sehingga bola terus datang mengenainya.” Dan ternyata orang-orang terbiasa dengan panggilan itu.

But Lily got it wrong. Dia merasa itu ejekan untuknya. Emang kadang mulut Cade bisa sedikit nyebelin when it comes to Lily, tapi dia sebenarnya punya sisi baik.

Keseluruhan, cerita ini dikemas manis banget. Dengan keluarga Lily yang hangat dan lucu pembawaannya, jadi tambah menghibur. Ceritanya emang gampang ditebak juga, tapi menarik banget untuk dinikmati. Jadi santai-santailah, kalau baca buku. Gaperlu mengerutkan alis sambil mikir dan muter-muter otak.

Segini dulu dari gue. Pokoknya harus baca! Hahaha. Gue rekomendasi ini buat siapa aja. Orang dewasa yang mau flashback masa-masa bittersweet-nya SMA, remaja-remaja yang masih SMA mungkin bisa ngikutin cara cheesy-nya Lily sama sahabat penanya untuk dapetin pacar (loh?) #jk.

Thanks!

Comments

Popular Posts