Book Review #3 : Let It Snow

BOOM


Judul: Let It Snow
Penulis: Maureen Johnson, John Green, dan Lauren Myracle
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan/Tahun Terbit: I/2008
 II/2015
Jumlah Halaman: 312
ISBN: 978-602-03-1151-7

Summary
The Jubilee Express
Orang tua berada di kantor polisi, Jubilee harus menghabiskan natal di rumah neneknya. Naik kereta pada malam natal seorang diri. Tanpa didampingi orang yang dikenalnya. Ia bertemu dengan Jeb, seorang cowok keren yang sepertinya sedang super galau. Jubilee dengan baik hatinya menawarkan sepiring pizza yang nggak terlalu enak dan meminjamkan ponselnya pada Jeb, untuk menelpon pacarnya. Vice versa, kereta api yang dinaiki Jubilee mogok, jadi ia memutuskan untuk berjalan ke Waffle House karena menurutnya itu lebih baik daripada berada dalam kereta api dengan banyak cheerleader berisik. Seorang pegawai Waffle House yang bernama Don-Keun dengan baik hatinya menawarkan secangkir kopi gratis. BOOM, siapa sangka ternyata ke-14 cheerleader itu ‘menyusul’ Jubilee. Tapi ia bertemu Stuart yang menawarkan untuk jalan bersama ke rumahnya. Jubilee bingung memilih: tetap berada di Waffle House dengan 14 cheerleader, atau ikut berjalan menembus salju dengan seseorang yang baru saja dikenalnya?
<>
A Cheertastic Christmas Miracle
Tobin menerima kabar orangtuanya tidak bisa pulang pada malam natal. Pesawat mereka tidak bisa berangkat sekarang karena salju terlalu tebal. Jadi sepertinya ia akan menghabiskan natal di rumah The Duke, sahabat ceweknya. Pada malam itu Tobin dan kedua sahabatnya, The Duke, juga JP si Cowok Korea sedang menonton James Bond dengan tenang sampai mereka menerima kabar dari Keun di Waffle House. Keun mengundang mereka untuk ikut merasakan adanya (menurut Keun) keajaiban malam natal, yaitu 14 cheerleader yang keretanya terjebak salju, jadi mereka menetap di Waffle House selama beberapa saat. Tobin dan JP rela mengendarai mobil menembus salju pada tengah malam, tetapi mereka harus membujuk The Duke dengan emeng-emeng sepiring hash brown dulu. Mobil mereka mogok di tengah jalan sampai akhirnya mereka memutuskan untuk berjalan kaki. Tobin dan JP demi cheerleaders, The Duke demi hash brown. Perjalanan panjang itu ternyata menghasilkan sesuatu yang tidak diduga-duga.
<>
The Patron Saint of Pigs
Addie memotong rambutnya jadi pendek lalu mengecatnya dengan warna merah jambu. Ia tampak frustrasi dan... menyedihkan. Ia merasa galau karena putus dengan Jeb. Addie merasa kesal pada dirinya sendiri, karena ia merasa itu salahnya. Dorrie dan Tegan, sahabat Addie menenangkannya karena Addie terus menangis. Sampai Dorrie berkata bahwa Addie terlalu sibuk memikirkan drama-dramanya sendiri. Kadang Addie terlalu memerhatikan dirinya sendiri daripada orang lain. Addie kesal dan ingin membuktikan pada Dorrie bahwa ia tidak seperti itu. Akhirnya, ia mengambil suatu tugas penting—mengambil babi cangkir pesanan Tegan dari seorang penjaga Pet World yang membenci Addie: Nathan. Addie memutuskan untuk istirahat dari kerjanya di Starbucks sebentar pada pukul sembilan, dan menyebrang ke Pet World. Siapa sangka ternyata babi cangkirnya sudah tidak ada? Nathan membiarkan orang lain mengadopsinya. Jadi Addie harus mengambil sendiri ke orang itu. Petualangan singkatnya pada hari itu membuahkan hasil yang sangat manis.

Review
Novel ini keren banget. Tiga cerita berbeda disatukan dalam satu buku dan cerita-ceritanya saling nyambung. Dengan latar di suatu kota kecil di Amerika, penulis-penulisnya membuat kita mengerti apa hubungan setiap tokoh.
Gue suka tiga-tiganya. Dan gue jadi bingung mau milih yang mana favorit gue. Karena setiap cerita ada kelebihannya masing-masing.

The Jubilee Express-nya Maureen Johnson itu lucu dan sweet, gue suka sama tokoh Stuart yang santai dan Jubilee yang agak clumsy. Ceritanya bagus dan penulisannya ya kayak ceritacerita beginian,  mah,  nggak thought-provoking lah yak.

A Cheertastic Christmas Miracle-nya John Green juga lucu, banyak bercandanya dan akhir-akhirnya itu cute. Kasihan JP jadi third-wheel, BHAK (waduh, spoiler).

 The Patron Saint of Pigs-nya Lauren Myracle... hmmmm... ini KEREN. Addie-nya  banyak omong tapi Jeb itu cool gitu and somehow I just see them as a cute couple #plak. Kayaknya sih, ini yang favorit gue, karena Addie kerja di Starbucks. Loh(?).

Nggak, deng. To be freaking honest gue aja ngga pernah ke Starbucks. Eh, pernah nyobain doang, sih, ada kopi-nya gitu pas di salah satu minimarket di Jogja.
Eh keknya di bandara juga pernah deh...  Tuh...  Jarang kan emang? Damn, ngapa gue jadi ngomongin Starbucks.

Anyway, gue suka yang punya mbak Lauren ini karena gue sukaaaaaaa Addie-nya berubah jadi baik dan dia bisa ngebuktiin kalau dia nggak egois lagi. Selain itu, di ceritanya Lauren inilah, semua tokohnya muncul pas di bagian akhir cerita dan mereka semua ngumpul di Starbucks gitu! Akhirnya yang udah kenal ketemu lagi, dan yang belum jadi kenalan! :).

I can’t find the minus on this novel. Seriously. Jadi gue bingung karena menurut gue, sih, nggak ada (lagi males mikir aja, tbh). Cuma, di belakang bukunya nggak ada profil penulis. Kan, mereka kolaborasi nih, jadi gue mau tahu tentang Muareen Johnson dan Lauren Myracle karena udah pernah tau sedikit tentang John Green sebelumnya. Tapi di novel ini nggak ada profilnya. Well, idk if it’s counted as a minus.

So I recommend this book for those who’s searching about: what does true love mean? HUASEK. But, tbh di sinopsisnya aja ada tulisan kayak begitu. Pokoknya, ini keren, deh. Gue aja baca lebih dari sekali (.

Makasih udah baca! Ini baru BR ketiga. Jadi maapin yang salahsalah yaa.

Xoxo.

Comments

Popular Posts